Strategi Manajemen OSIS SMAN 1 Bone-Bone
Sebagai organisasi elite di sekolah, OSIS memang mestinya mampu menjadi salah satu wadah perkembangbiakan virus organisasi bagi siswa. Setiap siswa, dilantik atau tidak, akan masuk menjadi anggota OSIS ini. Setelah beberapa tahun dibina oleh Pak Aruji, OSIS SMAN 1 Bone-Bone kini berpindah tampuk kepemimpinan. Sayangnya, perpindahan ini menyisakan berbagai permasalahan kecil. Tentunya mesti sadar, bahwa masalah layaknya batu, bisa menjadi dua pilihan, batu loncatan atau malah batu peremuk.
Hmmm .. Ini curhat yang mungkin bisa ditanggapi oleh beberapa anggota senior dan mantan pengurus OSIS SMAN 1 Bone-Bone. Tentunya, tak terlepas dari keinginan untuk menjadi sekolah hebat di Luwu Utara.
Yah, berikut ini beberapa hal yang patut saya garisbawahi.
- Pergantian Pembina OSIS tentu akan membawa perubahan pada struktur dan sistem organisasi, meskipun tak terlepas dari Anggaran Dasar OSIS tentunya. Saya melihat bahwa beberapa seksi bidang pada OSIS SMAN 1 Bone-Bone pada tahun-tahun sebelumnya, hingga sekarang melibatkan terlalu banyak siswa. Bidang Keagamaan misalnya, dihuni oleh sekitar 14 siswa. Lha, ini mau demo atau mau berorganisasi. Saya menganggap bahwa jumlah yang sedikit dengan kualitas prima adalah lebih baik daripada jumlah yang banyak namun tak kompak.
- Kegiatan ekstra lain sejenis Pramuka, PMR, Pencak Silat, PPI, Forum An-Nisa, Pembinaan Olah Raga perlu mendapatkan perhatian dari Pengurus OSIS. Sayangya, struktur mereka dalam kepengurusan OSIS hingga saat ini masih kabur. Kemarin contohnya, ketika pelaksanaan Diklatsar PMR, tak satu pun guru pembina PMR yang hadir. Saya tak tau juga siapa di antara kami yang paham tentang ke-PMR-an. Pramuka juga sekarang berjalan *maaf* ilegal. Pimpinan belum membawa masalah berjalannya Pramuka ini ke forum, sehigga siswa yang begitu tertarik melaksanakan Kegiatan Pramuka harus rela melakukan latihan sepekan sekali secara sendiri, tak ada bimbingan dari guru yang kompeten. Ini juga mengakibatkan, pembina OSIS secara langsung terlibat pada kegiatan yang mungkin mereka tak kompeten, PMR misalnya. Apa iya pembina OSIS bisa ilmu PMR?
- Dual kepemimpinan terjadi saat ini. Sebagai akibat ditunjuknya Pak Aruji sebagai Waka Bid. Humas, adalah ditunjuknya kami berdua (Mrs. Hisra dan Mr. Z) sebagai pembina OSIS SMAN 1 Bone-Bone. Dual kepemimpinan ini terasa membingungkan. Salah satu diantara kami mengharapkan yang lain terlibat. Kadang jika ada kegiatan, saya berharap Mrs. Hisra terlibat, atau mungkin juga sebaliknya. Hahai.
- Dana, salah satu masalah besar bagi organisasi. Meski itu tak seberapa, pendanaan kegiatan-kegiatan OSIS sering bersumber dari peserta. Ini terjadi karena tidak adanya iuran OSIS dari siswa. Sementara pos dari dana rutin dan dana gratis mungkin tak ada yang dikhususkan untuk kegiatan OSIS layaknya pengutusan peserta lomba, kontingen pelatihan, apalagi jika ingin mengadakan studi banding.
- Perhatian beberapa guru terhadap OSIS memang sedikit berkurang. Setiap kali ada kegiatan, hanya ada beberapa orang yang datang ke sekolah. Pelaksanaan Porseni saja seringkali terbengkalai tak hebat. Guru yang sudah ditunjuk menjadi penanggung jawab sering tak datang di lapangan pertandingan. Untungnya siswa yang terlibat dalam OSIS adalah siswa hebat, sehingga mereka bisa menghandle kegiatan tanpa hambatan berarti.
Lha, saya punya tawaran resolusi untuk ini.
- Mungkin perlu diadakan perampingan organisasi. Masalahnya bukan pada minimnya pendanaan, tapi saya menganggap perampingan sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas. Lagian dalam tiap kegiatan, tidak semua anggota dapat terlibat. Anak OSIS tak harus terlibat dalam PMR, Pramuka atau kegiatan lain. Mereka mempuyai job deskripsi yang jelas. Mereka mengurus keseluruhan siswa dan organisasinya, tak hanya terbatas pada kegiatan ekstra.
- Gambaran tentang struktur mungkin perlu dibuat. OSIS pastinya adalah organisasi tertinggi. Pembinaan di OSIS memang memiliki sebuah garis kordinasi dengan kegiatan layaknya Pramuka dan PMR. Sehingga ketika ada kegiatan ekstra, bukan semua anak OSIS yang terlibat di dalamnya. Pramuka ya dihandle anak Pramuka, PMR dihandle anak PMR, dan seterusnya.
- Pemimpin untuk sebuah organisasi elite sejenis OSIS mestinya cuma satu. Dual kepemimpinan berbahaya. Kalau dalam Pramuka, mungkin pantes. Ada yang untuk putera, ada yang untuk puteri. Itu mungkin karena sistem pendidikan adalah satuan terpisah. OSIS tidak begitu, ia adalah sebuah sistem besar yang butuh satu pucuk. Andai bisa, saya lebih memilih untuk menjadi Pembina Pramuka saja. Mrs. Hisra adalah orang yang pantas menjadi Pembina sebenarnya.
- Mestinya, ditarik iuran dari siswa untuk pendanaan OSIS. Lagian itu untuk kegiatan mereka masing-masing. Kalau pun ada larangan dari pemerintah untuk menarik pungutan dari siswa, OSIS mungkin tak apa. Sama dengan biaya pendaftaran ketika siswa baru, Rp. 20.000 adalah dana yang cukup. Untuk jumlah siswa mendekati seribu orang, Rp. 5.000 per bulan saja sudah menyumbang Rp. 5.000.000 per bulan/ Rp. 60.000.000 per tahun untuk pembiayaan. Dengan itu, saya yakin segala program OSIS akan berjalan dengan lancar.
- Kepala sekolah berperan besar untuk melibatkan guru dalam setiap kegiatan OSIS. Nah, tergantung saja bagaimana maunya. Ya toh?! Kalau Kepala Sekolah memberikan sebuah instruksi, kukira tak ada guru yang akan menolaknya.
Hmmm … Itu curhat saya. Mohon komentar Sahabat … Berbagi tak pernah rugi kan?!