Jangan Menghina Pemimpin …
Saya bukan pendukung fanatik Jokowi. Itu pasti.
Saat ini, saya hanya mengakui diri saya sebagai : PENDUKUNG PRESIDEN.
Siapa pun presidennya, ya saya dukung. Jokowi sekarang presiden, saya dukung. Prabowo nanti presiden, ya saya dukung. Kenapa tidak?! Saya ini hanya rakyat biasa, yang tugasnya mendukung pemerintahan agar berjalan baik.
Rakyat yang baik adalah mereka yang paham bahwa pemilihan itu hanyalah event 5 tahunan yang memungkinkan ditunjuknya pemimpin baru. Siapa pun nanti yang terpilih, ya itulah yang harus didukung.
Hak saya adalah memberikan satu suara dalam pemilihan umum, dan kemudian mendukung siapa pun yang terpilih dalam pemilihan tersebut.
Bukankah jiwa demokrasi memang harusnya seperti itu? Kita berhak memilih, berhak mengeluarkan pendapat dalam rapat, tapi begitu ada keputusan maka kita semua harus tunduk dalam keputusan itu. Mau yang mendukung atau tidak mendukung di awalnya, pada akhirnya kita harus melaksanakan amanat rapat.
Sayangnya banyak sekali sahabat saya yang tidak bisa move on dari itu.
Setahu saya, sejak saya mengenal sistem pemerintahan Indonesia di bawah kepemimpinan Bapak Soeharto, tak ada satu pun presiden yang tak diinginkan lengser dari Indonesia.
Soeharto, lengser. Gus Dur lengser. Mega, Habibi, SBY disuruh turun. Begitulah siklusnya. Hanya saja dulu rasanya tak sekeras sekarang, saat semua omongan jelek orang langsung saya baca.
Dulu saya hanya melihatnya di tivi, dalam Siaran Seputar Indonesia yang tayang di RCTI setiap jam setengah 8 malam. Adegan dimana mahasiswa membawa kertas besar bertuliskan hujatan untuk pemimpinnya. Tapi hari ini, saya melihatnya di timeline facebook saya, di koran-koran yang link-nya bertebaran dimana-mana. Ditulis oleh teman saya, sahabat saya, keluarga saya.
Saat dulu yang menghujat adalah mahasiswa yang saya tak kenal namanya, tak apalah. Saya tak perlu marah. Toh karena memang saya tak kenal mereka.
Tapi begitu yang menghina adalah teman atau sahabat saya, rasanya kok pengen saya sentil otaknya.
Presiden itu simbol negara. Menjelekkan menghina menghujat memfitnah dia, berarti merendahkan negaramu sendiri. Siapa pun itu. Mau Soeharto, mau Mega, mau SBY, mau Jokowi, lha mbok yao kalo menulis kalimat celaan itu diukur-ukur.
Bukankah tiap kali mau melakukan sesuatu ke orang lain kita harus mengukurnya pada diri kita sendiri?
Saya hanya kasihan dengan orang yang menghabiskan setiap tahun hidupnya hanya untuk mencari kesalahan orang lain, lantas lupa bahwa seseorang mungkin saja melakukan kebaikan diantara kejelekan yang ia pandang.
Saking tertutupnya mata hatinya, seringkali saya melihat orang begitu bodohnya berfanatik buta terhadap orang-orang tertentu sampai membuat semua orang yang tak sealiran dengannya adalah salah. Wah.
Tahanlah dirimu.
Mengurus negara ini tak gampang. Bukan kayak jualan air galon yang tinggal buka kran terus isi galon sampe penuh, akhirnya terima uang. Tak segampang itu.
***
Saya barusan mendapat sebuah video di salah satu status teman tentang kesalahan Jokowi dalam adegan naik motor di Pembukaan Asian Games 2018. Yah, Jokowi mana pernah benar coba?! Salah terus dia mah (di hadapan pendukungnya Prabowo. Wkwkw …)
Silakan lihat videonya …
Akhirnya … Jangan habiskan hidupmu untuk membenci orang yang tak memberi manfaat atau mudharat dalam kehidupanmu secara langsung. Kasihani hatimu itu.
Hari ini kau mendukung Jokowi, besok kau membencinya. Besok kau mendukung Prabowo, lusa kau membencinya. Begitulah siklusnya.
Saya, mendukung siapa pun presiden yang terpilih. Saya tak ingin menghina pemimpin, takutnya nanti Allah menghina saya. Seyem
Thats it Bro!
Wanna know me?! Know Me More..