Pisang Ijo Kebahagiaan
Benar kata bijak bestari, jika kau membuat seseorang bahagia hari ini maka kau sebenarnya membuatnya bahagia berkali-kali, yakni hari ini dan ketika dia mengingatnya suatu hari nanti. :)
Satu kejadian membahagiakan bagi saya terjadi saat Ramadhan tahun-tahun 90an itu. Jaman saya masih SD.
Seperti sekolah lainnya, SD kami mengadakan acara buka puasa bersama, dimana setiap anak datang dengan membawa makanan berbuka masing-masing.
Singkat cerita setelah tiba waktu berbuka, salah satu teman datang ke saya. Menawarkan makanan berbuka yang ia bawa, yang tidak disentuhnya sama sekali.
Pisang ijo.
Teman itu bernama Fardian, ibunya adalah seorang pembuat makanan enak yang terkenal di kampung saya.
Mendapat tawaran itu, saya tentu tak mampu menolak. Entah mengapa saya merasa begitu bahagia.
Empat buah pisang ijo itu saya masukkan ke tempat berbuka saya. Dengan hati bahagia saya bawa pulang, untuk dipamerkan pada mamak, dinikmati nanti malam. Warnanya menggoda, aromanya luar biasa.
Bagi saya, pisang ijo seenak dari teman jaman itu adalah makanan mewah. Taulah, jaman itu tak seperti sekarang yang semua makanan enak bisa didapat dengan harga murah.
Di rumah, menu andalan nomor 1 saat berbuka adalah kolak pisang gula merah. Atau kalaupun berganti, mungkin jadi palabutung atau cendol. Mamak memang tak pandai membuat makanan orang bugis semisal pisang ijo ini. Kalaupun bikin, rasanya di bawah standar enak ala orang bugis. :D Meskipun saya tak menolak memakannya. Wkwkwk …
Sekarang, setiap kali saya makan pisang ijo untuk berbuka, saya selalu ingat momen sederhana itu.
Percayalah, membuat orang bahagia hari ini, tak hanya membuatnya bahagia sekarang. Tapi juga nanti, ketika ia mengingat lagi kejadian ini.
***
Teman saya Fardian itu, meninggal 2 tahun lalu karena penyakit ginjal. Semoga Allah menerima segala amal baiknya dan memberikan tempat yang layak di Jannah-Nya. Aamiin …