Pekerjaan Melelahkan
Ada sebuah pekerjaan di sekolah dalam hubungannya dengan penerimaan siswa baru. Dua tahun ini saya menjabat pekerjaan itu, namanya koordinator pendaftaran. Tahun ini saya sudah menolak, tapi dipaksa. Sudah bilang “komprat kampret”, masih dipaksa. Beneran kampret ini urusan.
Mana keputusannya dibuat tanpa tanya-tanya lagi.
Sistem penerimaan siswa baru sejak 4 tahun lalu sudah online. Tahun pertama saya ketua, tahun kedua libur, tahun 3 & 4 ini jadi koordinator. Pekerjaan paling melelahkan dalam runtutan proses pendaftaran hingga siswa masuk ke sekolah.
Saya kerja bagian koordinator ini sendiri. Mulai dari promosi via facebook sekolah, update konten di website, balas chating anak SMP di WA Group yang kalau baru 2 baris penjelasan dilewati sudah tanya lagi, balas chat WA pribadi, semua harus dilakoni, ikut meeting zoom dgn petinggi”, bikin konten tanya jawab biar anak” paham. Ya Allah.. Pekerjaan macam apa ini?!
Pekerjaan ini melelahkan. Sungguh sangat melelahkan. Persiapannya sudah sejak sebelum lebaran 24 Mei kemarin, pelaksanaannya baru 22 Juni ini.
Malam ini saya sadar. Memang ada pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, yang menguras waktu, menguras energi, menguras emosi, dikerjakan sebulan penuh pagi sampai malam tapi kemudian hanya dihargai 300-500ribu.
Ada yang begitu?! Ada.
Pekerjaan seperti yang saya lakukan ini begitu.
Kerja sebulan dgn target pendaftar bejibun, tapi pas pembagian honor, dapatnya yaelah. Tidak akan lebih tinggi dari ketua, dari kepala. Yah, namanya juga bawahan.
Ya kalo sebulan siang malam mikir terus dibayar 500rb, gimana mau bersyukur Bos!
Mending kayak yang lain, gak punya tanggung jawab apa-apa. Gak dapat bagianpun gak masalah, wong waktunya bebas dipake kemana”.
Dibanding uang 500rb dgn pekerjaan sebegitu banyaknya, ya mending saya nganggur Bos. Tidur-tiduran, santai, nonton film, streaming yutup, bikin kuis.. Enak.
Ya mungkin saya yang berlebihan, over ekpektasi dengan balasan, terlalu pengen proses & hasil sempurna, sampe” secapek itu, seserius itu dan sebanyak itu effortnya. Padahal mungkin bagi orang lain itu hal dan pekerjaan biasa. Ya mungkin saja.
Tapi..
Terlepas dari itu, urusan siswa baru ini urusan vital. Dana sekolah itu basisnya adalah jumlah siswa. Kalo siswa yg masuk dikit, ya dapatnya dana yg dikelola juga dikit.
1 siswa itu setara 1,4 juta per tahun Bos.
Angka milyaran di papan transparansi dana BOS itu berawal dari 1 demi 1 anak yang memutuskan mendaftar di sekolah saat PPDB.
Andai bukan rasa tanggung jawab, sudah dari awal tidak saya selesaikan ini urusan.
Pokoknya..
***
Untungnya 2021 gak masuk dalam panitia pendaftaran ini, cuma jadi pendamping MOS. Aseklah
Bone-Bone, 23 Juni 2020
Pekerja yg sudah lelah.