Kesombongan Terselubung

Pernah baca sebuah wallpaper, bahwa semakin lama bentuk kesombongan akan semakin lembut, semakin tak terdeteksi.

Di awal, mungkin orang bisa sombong karena harta, kedudukan, jabatan yang tampak secara fisik.

Di level selanjutnya, ia bisa saja sombong karena ilmu yang dimiliki.

Berikutnya bisa jadi ia sombong karena ibadahnya terasa lebih banyak dibanding dengan yang lainnya.

Semakin tinggi levelnya, semakin berbahaya kesombongan ini, karena makin tidak terdeteksi.

***

Semalam bersama sepasang suami istri. Dalam sebuah acara perpisahan dengan keluarga, karena ada yang akan dimutasi keluar pulau.

Dalam perbincangan yang makin melebar, terdapat sebuah percakapan tentang penghasilan.

Dengan bangga sang istri bercerita : “Saya tak tau berapa gaji bapak, juga tak pernah meminta. Saya tak tau kapan gaji bapak cair, berapa yang cair, dst. Saya cari sendiri”

“Anak-anak saya yang sekian orang itu tidak bertengkar kok dari kecil. Adik kakaknya selalu kompak, bla bla bla.”

***

Saya yang suka menganalisis ini tetiba ingat wallpaper di awal paragraf halaman ini.

Bisa jadi bapak ibu berdua di atas ini tidak sedang ingin bersombong ria ke saya, mungkin hanya ingin menunjukkan keberhasilan mereka.

Tapi jiwa suudzon saya bilang : “Apa iya, ketika berucap dua kalimat di atas itu tak terbersit sedikit pun di hatinya rasa lebih dari orang lain?”

Apa ini ya yang disebut kesombongan yang makin lama makin lembut, makin terselubung tak terdeteksi, apalagi oleh jiwa-jiwa yang tak melewati sombong di level awal? Wkwkw …

Entahlah. Hanya ingin menjadikan dua kalimat ini sebagai peringatan untuk saya pribadi.

Semoga sesukses apapun nanti, dalam urusan harta, dalam urusan pekerjaan, dalam urusan anak, dalam urusan ibadah, tidak mendapati penyakit sombong terselubung yang sangat lembut itu.

Baca Juga :  Belajar Bersyukur

Itu saja. :)

MasBied.com

About MasBied.com

Just Another Personal Blog