Assalamu Alaikum …
Ucapan salam dalam agama Islam ini rupanya juga mendapat pengaruh dari perubahan bahasa gaul-nya anak-anak remaja. Dulu, waktu masih di Makassar, saya sering mendengar tetangga saya (yang masih mahasiswa – kuliah di sebuah universitas Islam) mengucapkan Samlek … tiap kali akan masuk ke dalam rumah. Awalnya saya gak paham yang dimaksud dengan Samlek itu, setelah mikir dan berusaha sekuat tenaga *halah*, akhirnya sadar, itu singkatan dari assalamu alekum, yang mestinya dibaca dengan benar : Assalamu Alaikum (Semoga keselamatan ada bagi kamu).
Halah … halah … NdonyO i rasanE o’ yo wes mulai gendeng!
Saya mencoba memahami itu sebagai sebuah fenomena sosial, pergeseran yang terjadi karena pembauran antar berbagai individu yang makin mudah. Kemarin, lagi-lagi mendapat ungkapan salam yang baru via SMS. Bisa jadi telah lama beredar, tapi baru saja saya dapatkan. Camelekum … Byooohh … Ini bahasa begitu gaulnya. Seakan-akan diucapkan oleh seorang anak kecil yang belum genap lima tahun usianya. :lol:
Lantas bagaimana hukumnya? Saya tak berani mengambil sikap apa-apa. Saya hanya mencoba membalasnya dengan benar, mengucapkan Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Dalam Islam, menyebarkan salam itu sunnah, disukai. Menjawab salam hukumnya wajib. Jadi jika salam ditebarkan, mesti dijawab dengan benar. Bahkan akan lebih baik lagi jika dijawab lebih sempurna dari yang mengucapkan. Andai yang menebar hanya mengucap “Assalamu alaikum …”, maka kita mestinya bisa menjawab dengan ucapan yang lebih lengkap “Waalaikum salam warahmatullahi wa barakatuh”.
Hmmm … semoga bisa sekedar jadi referensi untuk menjadi lebih baik lagi. Lakukan sesuatu yang bermanfaat bagimu. Mengucap salam akan membuatmu berpahala, tapi bagaimana jika salam itu tak sesuai aturan? Kubiarkan kau memilih kawan …