Kapan Kawin?

Ini pertanyaan buat siapa Bied?

Buah siapa saja yang merasa belum kawin pastinya! Gak mungkin bertanya kayak gini pada orang yang dah nikah to?

Iya. Emang kenapa dengan kata “Kapan Kawin”? Bukannya itu judul sebuah iklan-nya Ringgo?

Dua kata di atas adalah kata pamungkas yang ditanyakan oleh seorang teman SMP tiap kali bertemu di FB. Saban Online, saban itu juga dia mengajukan pertanyaan yang sama. Aiyyah! Sampe mesti berkali-kali mengelak dengan jawaban yang sama : “Masih menunggu mempelai wanita” :-)

Terus?

Kemarin, sebuah SMS masuk di inbox. Masih juga berhubungan dengan pertanyaan di atas. Katanya, “ANDAI INI ADALAH HARI MENIKAH SEDUNIA, KAMU INGIN MENIKAH DENGAN SIAPA?

Lucu. Saya berpikir bahwa itu adalah trik penjual voucher elektrik agar jualan mereka laku. :-D Ikut-ikutan juga dengan itu, saya mengubah sedikit redaksi SMS, kemudian mengirimkannya kepada beberapa teman (yang belum menikah). SMS-nya menjadi : “ANDAI INI HARI KEJUJURAN SEDUNIA, KAPAN KAMU MENIKAH?”

Jawaban mereka apaan?

Saya tak menduga jawaban yang kemudian masuk beberapa saat. Dominan di antara para pria menjawab bahwa mereka ingin segera menikah. Ada yang bilang ingin menikah malam ini (Bisa pa?), ada yang besok (Emang tenda birunya dah ada?), minggu ini, bulan ini. Yang agak jaim bilang : Kalau Tuhan telah mengirim jodohnya buatku. Yang agak religius bilang : Ketika lahir batin telah siap, janur kuning telah dilengkungkan dan sebuah Al-Qur’an telah siap menjadi mahar, maka ketika itulah saya menikah! Aiyyah! Macam-macam saja! Tapi yang belum punya uang untuk melamar mengatakan : Tunggu dana terkumpul. Gak mau anaknya orang ntar makan pasir setelah menikah!

Para wanita punya jawaban yang berbeda. Mereka cenderung pasrah, tak mampu berbuat apa-apa. Bahkan ada yang putus asa dengan usaha yang telah sampai pada puncaknya, dengan mengatakan : Jujur toh, aku ingin sekali menikah malam ini, sayangnya belum ada satu pun pria yang menyatakan cintanya padaku! Hahaha … Sabar ya Mba’! Meski begitu, saya melihat bahwa mereka punya keinginan kuat untuk segera memenuhi separuh agama. Tapi apa daya, perempuan cenderung hanya pantas menunggu, tak berhak atas usaha bebas layaknya pria. Masyarakat membuat batasan kayak gitu.

Baca Juga :  Fokus & Konsistensi = Berat!

Hahaha .. Kamu masuk yang mana?

Yang ingin nikah tahun ini!

Hmmm … jadi ingat apa yang Ikhwan ceritakan tentang perkataan wanita terhadap pria dari masa ke masa. Ketika masih semester 1 kuliah, seorang wanita boleh berkata : “Siapa sih kamu?”. Ketika dah semester 6, akan berkata : “Siapa kamu, siapa saya”. Beberapa tahun setelah itu, ketika umur dah udzur untuk nikah, perkataanya berubah menjadi : “Siapa saja”.

Lha, menikah itu memang kebutuhan. Prosesi yang akan membuat seseorang merasa lengkap hidup di dunia ini. Abied yakin bahwa Tuhan telah menciptakan manusia dengan penuh kesempurnaan. Kisah dan ceritanya dah diatur sedemikian sehingga akan menjadi kisah terbaik. Juga, guyonan yang bilang bahwa Jodohmu itu dah meninggal!, menurut saya tak benar adanya. Masa’ sih Tuhan memisahkan kita dengan pujaan jiwa? Mungkin usahanya saja yang belum maksimal.

Lha, kalo cewek usaha maksimalnya kayak apa coba?

Maksimalnya adalah doa yang tulus ikhlas. Berbahagia ketika berdoa, bersyukur dalam hati dengan keyakinan bahwa doa itu akan terkabul. Perlu kekuatan ekstra untuk bisa bertahan di situasi ini tanpa berprasangka buruk pada Tuhan. Saya menemukan beberapa sahabat yang setelah masa tenggang penantiannya hampir habis, ternyata malah menemukan jodohnya.

Bukankah Tuhan juga bekerja secara misterius?! Jodoh itu akan datang pada masa yang tepat dengan cara yang indah. :-)

Ini misalnya, pacaran, atau apalah namanya, dengan tujuan sebagai usaha untuk menemukan jodoh. Boleh gak menurut Abied?

Kukira sepanjang itu diniatkan untuk sebuah tujuan suci, pernikahan, tak ada masalah. Asal, hubungan itu benar-benar dilakukan sebagai wadah untuk penjajakan karakter, bukan penjajakan fisik. Perlu untuk dipahami, kadang butuh waktu begitu lama untuk memahami seseorang. Tanpa ada proses perkenalan yang baik – dan yang baik tak mesti lama – bisa jadi seseorang akan memikirkan kalimat berikut ini sepekan setelah pernikahannya : “Apa iya ini orang yang akan menjadi pasanganku seumur hidup? Pagi siang dan malam? Apa mungkin aku bertahan dengan kondisi asing di depan pasanganku?”

Jika ingin lebih islami, pacaran itu akan selalu lebih indah ketika dijalani setelah pernikahan. Yah, masing-masing punya sisi negatif positif. Tergantung siapa yang menjalaninya. Setiap orang punya pandangan berbeda tentang kisahnya kan?!

Baca Juga :  Apa Kabar, Tesis?!

Lantas apa pesannya buat yang belum nikah?

Kata Bapak, kalo dah sampai umur dan mampu lahir batin, segerakan menikah. Jika telah sampai umur dan belum mampu lahir batin, berpuasalah!

Kata bijak yang berhubungan dengan ini?

Kalau jodoh tak akan kemana … Sabar saja. Sabar … Sabar …

MasBied.com

About MasBied.com

Just Another Personal Blog