PMR, Tempat Belajar Kepedulian

Tadi malam, OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) SMAN 1 Bone-Bone mengadakan kegiatan Diklatsar PMR (Palang Merah Remaja) Angkatan VII. Hmmm … Sebagai sebuah kegiatan sosial, PMR menjadi ajang siswa untuk belajar lebih peduli pada sesama. Tepat! Tema kegiatannya sendiri adalah Tingkatkan Kepedulianmu pada Sesama. Pesertanya lumayan banyak, 90 orang. Banyak kan? :-)

Bagi yang pernah ikut Diklatsar PMR pasti akan tau betapa kegiatan itu dipenuhi dengan perjuangan kemanusiaan. Tentu tidak seberat medan aslinya jika terjadi bencana. Berbagai simulasi bencana dilakukan. Yang paling seru tentunya jalan malam, prosesi adat yang dilakukan untuk mengukur kekuatan peserta Diklatsar. Kegiatan jalan malam dimulai pukul 01.00 Wita. Hufh. Pastinya masih banyak peserta yang mengantuk setelah seharian beraktivitas. Jam semalam itu harus bangun, berjalan menyusuri medan berbahaya yang dipenuhi dengan aral rintangan.

Baru tiba di Pos 1, langsung dapat bentakan dari Kakak Instruktur. Mendapati pasien yang terluka hebat di sekujur tubuhnya, ada yang luka tertimpa runtuhan gedung, ada yang terkena luka bakar, ada yang patah tulang, dan lain semacamnya. Dengan peralatan seadanya, 7 orang pada tiap regu menandu *membawa pasien dengan tandu* melewati berbagai halangan lagi untuk sampai pada tim dokter. Halah. Pernah liat anak yang sedang belajar naik sepeda? Peserta puteri yang tak pernah mengangkat tandu juga begitu adanya. Kasihan, pontang panting kanan kiri mengangkat teman sendiri. Namanya simulasi, mesti diikuti. Perjalanan malam sejauh lebih dari 5 km ini menghasilkan kelelahan yang sangat pastinya. Yang saya dengar, bukan hanya pasien yang mengeluh kesakitan, banyak diantara anggota regu sebagai pengangkat tandu yang juga mengeluh. Bayangkan, ngantuk, lapar, disuruh angkat pasien. Jauh pula. Haha. Siapa yang suruh ikut coba?

Baca Juga :  Pramuka dan Tradisi Kekerasan

Perjalanan malam memang jadi sebuah wadah untuk pencarian jati diri. Dengan sebuah penderitaan perjalanan, seseorang akan mampu merenung, mengartikan makna hidupnya. Dengan penderitaan, seseorang akan belajar untuk mengerti arti sebuah kebahagiaan. Yah, takkan ada orang sukses tanpa melewati penderitaan, dalam bentuk yang seminimal apa pun.

Setidaknya dengan berbagai simulasi, seseorang akan belajar untuk menghargai kehidupannya, kehidupan orang lain yang ada bersamanya, juga kehidupan orang-orang yang sependeritaan dengannya. Yah, semoga masing-masing dari peserta diklat mampu memetik hikmahnya, tak hanya pengalaman pahit yang tersimpan di hatinya.

Apakah Sahabat sekalian punya pengalaman tentang kegiatan sejenis ini? Hmmm ..

MasBied.com

About MasBied.com

Just Another Personal Blog