Pria Penakut

Satu orang penakut ditambah satu orang penakut menjadi dua orang agak berani.

Itulah motivasi sederhana yang pernah saya katakan pada beberapa siswa yang kesulitan mengerjakan soal matematika bahkan sebelum mereka mencobanya. Mental block yang dimiliki anak-anak sekolah perihal matematika ini membuat semuanya terlihat susah, bahkan sebelum ia mencoba untuk membaca soalnya. Saya ingin bilang, dari contoh orang yang takut ini kita bisa belajar bahwa bisa jadi satu anak yang tak tau ditambah satu anak yang tak tau menjadi dua anak yang agak tau. Ya siapa tau kan?! :D 

Motivasi di atas itu bisa saja benar. Tapi juga bisa salah.

Dalam kenyataannya, saya adalah seorang yang penakut. Untungnya, sepenakut-penakutnya saya (?), saya masih berani berkendara motor sendirian pulang dari sekolah ke rumah pada jam 2 malam.

Cerita rasa takut yang paling tinggi levelnya yang pernah saya rasakan adalah tak bisa tidur selama beberapa malam setelah melihat proses pemakaman kakak teman. Ini kisah keramat. Beneran.

***

Jadi ceritanya jaman itu masih penasaran dengan bagaimana proses penguburan jenazah. Saya akhirnya datang melihat proses pengkafanan hingga penguburan kakak teman saya. Ia meninggal karena sakit tipus (atau tyfus (?)). Dari awal dimandikan hingga selesai dimasukkan dalam liang lahat, saya ikuti semua prosesnya.

Dan apa jadinya?!

Hingga beberapa malam berturut-turut, setiap kali akan memejamkan mata menjelang tidur, bayangan pocong yang dimasukkan dalam liang lahat tadi muncul di kepala saya.

Pas saya buka, tak ada apa-apa. Tutup lagi, muncul lagi.

Begitu seterusnya. Brrrr.. Serem kan?!

Orang Jawa punya mitos, kalo tidak bisa tidur karena melihat pemakaman disuruh tusuk gigi pake kayu” kecil tempat tidur.

Baca Juga :  SiCepat HALU!

Ah, ndak ngefek!! :D

Kisah itu makin parah. Karena beberapa hari setelah pemakaman, ada kabar angin yang beredar bahwa ada orang sekitar pekuburan yang melihat kakak teman saya itu merangkak keluar gerbang kuburan. Malam, gerimis pula.

Hiiiii … Makin serem.

Akhirnya, di sekitar malam yang ke-7, klimaks kisah ini terjadi.

Malam itu saya dan kawan-kawan tidur di masjid. Jumlah kami banyak, lebih dari 8 orang. Sudah kebiasaan kami tidur di masjid saat malam Ramadhan, agar bisa membangunkan orang-orang untuk sahur.

Tapi … Kejadian susah tidur rupanya masih terus berulang.

Singkat cerita tertidurlah saya menjelang jam 12 malam itu. Posisi saya berdua dekat teman, yang lain terpencar di sudut-sudut masjid agak jauh dari kami.

Tapi di sekitar pukul 2 malam, saya tiba-tiba melihat sesosok putih seperti pocong di bawah kaki saya.

Waaaaaaaaa …

Masya Allah .. Itu adalah momen terseram dalam hidup. Saya gemetaran melihat bayangan itu, ia membujur berjarak sekitar 1 meter dari ujung kaki saya..

Saya amati lama tak juga ia hilang. Ini kalo pocong beneran, masa’ iya dia berani masuk dalam masjid? :D

Saya nekad bangunkan teman di samping saya dengan menggoyang-goyangkan badannya. Namun ia tak kunjung bangun, mungkin karena memang kami baru terlelap sekitar 2 jam. Sedangkan weker distel jam 3.

Lebih dari sepuluh menit saya ketakutan. Bersembunyi di balik sarung yang saya pakai selimut, layaknya adegan di tipi-tipi itu.

Akhirnya muncul ide, alarm berupa jam weker yang mestinya bunyi di jam 3 tadi, saya set lagi biar bunyi sekarang. Tujuan saya agar teman saya yang lain bisa bangun. Haha …

Tititit … tititit… tititit…

Baca Juga :  Perfeksionisme sang Melankolis

Tapi tak berhasil.

Jaman itu belum ada HP, yang bisa dipakai jadi senter seperti sekarang ini.

Jadi hingga beberapa menit kemudian saya masih dalam gelap dan ketakutan. Mau bergerak nyalakan lampu, tak berani goyang. Mau cek langsung, apa jadinya kalau pocong beneran?! Apa nggak malah pingsan saya-nya?!

Ya Allah … Pas bangun di jam 3, saya baru sadar itu adalah sepupu saya yang tidur berselimutkan sarung putih.

Sial!

Pengen saya bicara kotor. Wkwkwk …

***

Jaman Pramuka dulu sebenarnya sering masuk di kuburan tengah malam. Kalau ada kegiatan pengkaderan, salah satu poinnya adalah berdoa di salah satu kubur pada tengah malam.

Kegiatan ini sedikit banyak memberikan efek positif bagi kepenakutan saya. :D

Tapi tetap juga saya adalah pria yang penakut, meskipun levelnya tak sampai kejang-kejang kalo tiba-tiba mati lampu.

Jaman kelar kuliah, saya sering naik sepeda ke pesantren. Yah .. Karena memang belum punya motor, jadi kemana-mana naik sepeda Phoenix.

Seringkali tiap pulang hampir tengah malam, keesokan harinya kakak yang rumahnya di depan lorong gelap yang biasa saya lewati bertanya : “Siapa itu semalam naik sepeda balap sekali sampe bunyi dek dek dek dek …”

Kebetulan jalanannya memang berbatu, jadi kalau sepeda phoenix itu dibalap maka standard tengahnya akan berbenturan dengan spakbor. Berbunyi dek dek dek dek dek …

Dan pria itu adalah saya …

Wkwkwk …

***

Sekarang, setiap kali pulang dari SMA lewat tengah malam, kejadian serupa juga berulang.

Sekolah saya ini terkenal keramat. Selain posisinya di pinggir gunung, sejarah keramatnya juga terkenal sejak lama karena beberapa daerahnya merupakan bekas kuburan kuno. Tak jarang anak-anak kerasukan saat upacara bendera atau saat belajar di kelas.

Baca Juga :  Apa Benar Hidup Ini Berat?

Nah, tiap kali ada kegiatan di sekolah yang mengharuskan pulang selepas jam 12 malam, saya memilih untuk naik motor.

Naik mobil di jalanan bertikungan beberapa kali itu serem Bro.

Bisa bayangin ndak, saat saya asyik nyupir, dari spion tengah tiba-tiba di bangku belakang itu ada perempuan berambut terurai. Apa ndak panik dan nabrak jadinya?! :mrgreen:

Akhirnya tiap naik mobil lewat situ, saya memilih untuk menghadapkan spion tengah itu ke atas, sehingga saya tak dapat melihat apa pun dari pantulannya.

***

Belum pernah kejadian sih melihat hantu langsung, tapi wih … Serem kalo sampe kejadian.

Semoga diselamatkan dari hal begituan. Haha .. Aamiinn…

***

Kata sebuah motivasi di film : “Rasa takut itulah yang akan membuatmu hidup”

Tapi apa iya saya harus jadi pria sepenakut ini?!

Wkwkwk ..

MasBied.com

About MasBied.com

Just Another Personal Blog