Dell Mini PC
Terlalu lama bekerja dari rumah ternyata membawa efek buruk bagi kebiasaan saya belanja online.
Salah satu yang paling meningkat adalah belanja barang elektronik selama masa pandemi.
Iseng-iseng mencoba mencatat pengeluaran yang dikeluarkan dalam 2 tahun ini untuk belanja online.
Dan wow …
Jumlahnya tidak bisa dibilang sedikit.
Untuk keperluan belanja alat komputer saja, saya sudah menghabiskan lebih dari 10 juta gaes.
Ya ampun.
Tapi itu lumayan sih, karena angka itu sudah termasuk alat bahan aksesoris untuk 3 setup komputer yang semuanya sedang digunakan di rumah saya.
1 setup untuk PC Alwan, yang memang khusus untuk main game.
Monitor + VGA + Power Supply-nya saja nilainya hampir 5 juta. :D
Kalo PC Alwan, sebenarnya bisa dapat harga lebih murah, cuma karena ini adalah impian masa muda saya (yakni memiliki PC Gaming), akhirnya demi kepuasan ya dibeli dirakit juga. Hehe ..
1 setup lagi untuk PC kerja (sebagai pengganti laptop ASUS, yang baterenya mulai lemah). Awalnya PC ini dipake adek, tapi sekarang saya pakai sendiri.
1 lagi untuk aksesoris laptop, untuk sekolah, WFH, BDR.
Diantara 3 ini, 2 yang terakhir untuk keperluan cari uang sih. Hehe …
Lumayanlah.
***
Nah, yang terbaru lagi, setelah beberapa hari memakai PC, saya tertarik untuk membeli sebuah Mini PC Dell.
Perihalnya begini …
Kemarin pas browsing di tokopedia, tetiba melihat komputer kecil mungil irit daya, yang memiliki spek bahkan lebih tinggi dari PC Alwan itu. Ya meskipun tanpa VGA sih.
Saya jadi kepikiran, komputer mini itu sangat bisa mengirit biaya listrik.
Pikiran awam saya mengatakan bahwa PC yang sepekan ini saya gunakan akan menghabiskan banyak daya listrik, sehingga membayangkan bahwa komputer mini (yang power inputnya hanya menggunakan adaptor) adalah jawaban atas keresahan saya itu.
Taulah, normalnya PC menghabiskan banyak watt. Sampe-sampe kakak saya memberikan PCnya ke saya dengan alasan sudah nyaman pake laptop, dan watt PC yang tinggi. Mana tarif listrik masih tinggi. Haha …
Pas saya cek dengan alat pengukur input watt, PC saya + akesorisnya menghabiskan sekitar 70-85 watt.
Akhirnya saya punya ide untuk masalah itu.
Processor irit daya.
Ya .. Saya sengaja membeli sebuah processor bekas punya intel T-Series, yakni processor dengan akhiran T pada angka processornya. Saya memilih Core i3 3240T. Ini processor core i3 generasi ke-3 (Ivy Bridge), yang memiliki socket sesuai dengan mainboard yang saya gunakan.
Tipe ini digadang-gadang memiliki konsumsi daya rendah. TDP hanya 35 watt.
Jika dibanding dengan processor lawas yang G620, bedanya 30 watt, lebih rendah si i3 3240T itu.
Dan setelah barang sampai dan saya cek, ternyata benar.. PC saya itu hanya mengkonsumsi listrik tak lebih dari 40 watt saja saat idle. Bahkan bisa cuma 30 watt, belum termasuk monitor, speaker, lampu LED Strip, dll.
Selain menggunakan processor irit daya, saya juga melepas VGA Card di PC saya ini.
Kegunaan VGA card adalah untuk processing graphic yang agak berat.
Tapi PC ini hanya untuk kerja saja, untuk browsing, Ms Office, begitu-begitu saja. Jadi melepas VGA bukanlah masalah besar.
Setelah semua trik itu, konsumsi normal PC saya itu 45-60 watt lah untuk keseluruhan paket lengkap termasuk monitor, speaker, dll.
***
Alasan memilih Mini PC untuk mengurangi penggunaan listrik mungkin benar, andai penggunaan PC di rumah jumlahnya banyak.
Tapi kalau cuma 1 atau 2 buah, ya mungkin tidak terlalu signifikan.
1 buah PC saya ini mengkonsumsi anggap 60 watt, digunakan 12 jam sehari, selama sebulan.
Maka penggunaan listriknya adalah :
60 watt x 12 jam sehari x 30 hari = 21.600 watt
21.600 watt = 21,6 kWh
Karena listrik di rumah saya harganya Rp. 1.440/kWh, maka kebutuhan bulanan listrik khusus PC adalah :
21,6 kWh x Rp. 1.440/kWh = Rp. 31.104
Angka Rp. 31.104 ini sebenarnya bukanlah sebuah masalah besar. Itu artinya PC saya ini hanya perlu Rp. 1.000-an saja sehari.
Jika dibanding dengan kebutuhan lain, ya jauhlah.. Ini dengan 1 dos kecil susu formula Naya saja masih lebih murah. Wkwkwk …
Tapi kalau dibanding bulan lalu, pasti ada kenaikan biaya listrik. Karena sebelumnya saya menggunakan laptop. Yang meskipun menyala 12 jam sehari, tapi konsumsi dayanya hanya sekitar 10-20 watt saja.
***
Tapi gini …
Andai harga mini PC yang sesuai selera saya adalah 3 juta (Core i3 4160T, RAM 8GB, SSD 128GB), maka biaya itu setara dengan belanja listrik berikut :
Rp. 3.000.000 : Rp. 31.104 = 96,45 bulan = 8 tahun ++
Wkwkw …
Jadi, andai saya mempertahankan untuk menggunakan PC saya, dan menahan diri untuk tidak membeli Mini PC Dell seharga 3 juta itu, maka uangnya cukup untuk membayar listrik (khusus PC) selama 8 tahun.
***
Belanja online memang sebuah candu yang berat di masa pandemi ini.
Ini juga merupakan efek dari usaha saya menghapus facebook di HP saya, sehingga e-commerce menjadi pelarian saya jika tidak ada kerjaan.
Liat barang bagus di e-commerce, ditonton di youtube, makin jadi deh keinginannya.
Salah satu hal menyenangkan ketika membuka aplikasi e-commerce kan ketika membandingkan harga. Itu seru saja.
Tapi ada 2 cara sederhana yang sedang saya lakukan untuk mengurangi candu itu :
- Menghapus aplikasi belanja online, pilih 1 yang paling disuka
- Memberikan jeda waktu sebelum membeli, normalnya 3-4 hari
Jadi selain menghapus aplikasi, memberikan jeda waktu antara menambah barang ke keranjang (add to cart) dengan membeli adalah sebuah solusi.
Semisal, saya menambahkan Mini PC Dell ke keranjang belanja saya, maka saya harus menunggu hingga 4 hari sebelum memutuskan untuk membayarnya.
Waktu 4 hari itu cukuplah untuk membuat gairah dan hasrat sedikit berkurang, sehingga bisa memutuskan dengan bijak apakah barang ini perlu dibeli atau tidak.
***
Kejadian masa jeda ini beberapa kali terjadi di saya sih.
Karena terburu-buru belanja, saya membayar barang yang ada di cart (utamanya yang harganya cuma beberapa puluh ribu). Tapi beberapa menit kemudian saya cancel, karena merasa barang tersebut bukanlah kebutuhan utama.
Haha …
Untungnya di tokopedia itu bisa cancel otomatis jika pembatalan dilakukan sebelum sekian jam proses transaksi.
Siiplah.
Selamat beraktivitas